Monday, March 10, 2014

Bila Hamba Allah Diuji

Ujian kesusahan mahupun kesenangan merupakan sunnatullâh yang berlaku bagi setiap manusia, Allâh Swt. berfirman: Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cubaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (Qs al-Anbiyâ’/21:35). Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata: “(Makna ayat ini) yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa”.
Mukmin bertaqwa yang memiliki kebahagiaan hakiki dalam hatinya, melihat semua masalah di dunia ini boleh membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Dia yakin ketetapan Allâh Ta’ala untuk dirinya itulah yang terbaik baginya. Dengan keyakinan ini pula Allâh akan memberikan balasan kebaikan baginya berupa ketenangan dan ketabahan serta redha dalam jiwanya. Allâh Ta’ala berfirman: Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, nescaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu (Qs at-Taghâbun/64:11)
Imam Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata: “Seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allâh, kemudian dia bersabar disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allâh, maka Allâh akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan mungkin Allâh akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang lebih baik baginya.”
Meskipun Allâh dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna telah menetapkan bahwa musibah itu akan menimpa semua manusia, baik orang yang beriman mahupun orang kafir, tetapi orang yang beriman memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang kafir, iaitu ketabahan dan pengharapan redha Allâh dalam menghadapi musibah tersebut. Dan tentu saja semua ini akan semakin meringankan musibah tersebut bagi seorang Mukmin. Faktor lain yang boleh meringankan semua kesusahan ialah merenungi dan menghayati hikmah-hikmah agung yang Allâh jadikan dalam setiap ketentuan yang terjadi pada hamba-hamba-Nya. Kemudian dia menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri kepada Allâh.
Allâh menjadikan musibah dan ujian sebagai pembersih hati yang ada pada hamba-Nya. Kalau seandainya kotoran dan penyakit tersebut tidak dibersihkan maka dia akan celaka (kerana dosa-dosanya), atau berkurang pahala dan darjatnya di sisi Allâh. Musibah dan ujian tersebut sebagai sebab untuk menyempurnakan penghambaan diri seorang Mukmin kepada-Nya. Allâh mencintai hamba-Nya yang selalu taat beribadah kepada-Nya dalam semua keadaan, susah mahupun senang. Inilah makna sabda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam : “Sungguh mengagumkan keadaan seorang Mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.”
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, ”Jika kalian kena musibah, ucapkanlah inna lillahi wa inna ilaihi rajiun (sesungguhnya kami semua adalah milik Allah, dan kepada-Nya-lah kami akan kembali). Hal ini tercantum dalam Surat al-Baqarah, ”(iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rajiun." الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (QS al-Baqarah: 156). Kemudian memohon kepada Allah SWT agar diberi pahala dari musibah yang dihadapinya. Hal ini sebagaimana diajarkan Rasulullah dalam sabdanya, "Apabila kamu diberi musibah oleh Allah, maka ucapkanlah doa "Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlifha khairan minha (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini, dan gantikanlah bagiku dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya).” (HR Muslim, Ibnu Majah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal).

No comments:

Post a Comment