Saturday, September 8, 2018

Hukum Wanita Minta Cerai Dalam Islam


Dalam membina suatu hubungan pernikahan tentunya siapapun menginginkan rumah tangganya berjalan dengan baik tanpa adanya suatu halangan Islam sendiri adalah agama yang senantiasa menganjurkan umatnya untuk membina hubungan suami istri yang baik dan menimbulkan rasa kasih sayang diantara mereka, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ar rum ayat 21 yang bunyinya
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS Ar rum : 21)
Meskipun demikian, tidak selamanya dan tidak semua pasangan yang menikah selalu memiliki rumah tangga yang bahagia. Terkadang masalah-masalah muncul dan mengakibatkan retaknya hubungan di antara suami isteri. Sering kita mendengar seorang isteri yang menggugat cerai suaminya, lalu bagaimanakah sebenarnya hukum wanita menggugat cerai suami dalam islam? Untuk mengetahuinya simak penjelasan berikut. 
Pengertian Gugat Cerai
Seorang wanita atau isteri boleh melayangkan gugatan cerai kepada suaminya. Gugat cerai sendiri adalah istilah yang diberikan pada seorang wanita atau isteri yang mengajukan cerai kepada suaminya. Permintaan cerai tersebut diajukan oleh wanita kepada pihak pengadilan dan selanjutnya pengadilanlah yang akan memproses dan menyetujui atau menolak gugatan cerai tersebut. Meskipun keputusan cerai ada di tangan suami, jika pengadilan atau hakim menyetujui gugatan cerai dari pihak isteri, maka hakim boleh memaksa suami untuk menjatuhkan talak pada isterinya. 
Dalam islam, gugatan cerai memiliki dua istilah yakni fasakh dan khuluk. Fasakh adalah lepasnya ikatan nikah antara suami isteri dan isteri tidak mengembalikan maharnya atau memberikan kompensasi pada suaminya. Sementara khuluk adalah gugatan cerai isteri di mana dia mengembalikan sejumlah harta atau maharnya kepada suami. 

Hukum Wanita Gugat Cerai Suami

Seorang wanita atau isteri boleh saja menggugat cerai suaminya asalkan dengan syarat dan alasan yang jelas. Dalam sebuah hadits diriwayatkan seorang wanita yang takut berbuat kufur kerana dia tidak menyukai suaminya meski suaminya memiliki perangai yang baik akan tetapi fisiknya tidaklah disukai oleh isteri. Adapun hal tersebut disebutkan dalam hadits berikut ini:
“Dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya istri Tsâbit bib Qais mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai, Rasulullah. Aku tidak mencela Tsâbit bin Qais pada akhlak dan agamanya, namun aku takut berbuat kufur dalam Islam,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apakah engkau mau mengembalikan kepadanya kebunnya?” Ia menjawab,”Ya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,” lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ambillah kebunnya, dan ceraikanlah dia”. [HR al-Bukhari]
Gugat Cerai Tanpa Alasan
Wanita yang menggugat cerai suaminya tanpa alasan maka haramlah baginya bau syurga sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW berikut
“Siapa saja wanita yang meminta (menuntut) cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan maka diharamkan bau syurga atas wanita tersebut.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud)
Dengan demikian, dapat diketahui bahawa isteri boleh saja mengajukan gugat cerai dengan alasan yang jelas dan tidaklah benar jika seorang wanita atau isteri menggugat cerai suaminya tanpa alasan yang jelas dan hal tersebut dibenci oleh Allah SWT. 

Alasan Seorang Wanita Gugat Cerai Suaminya

Tujuan utama pernikahan memang untuk membangun keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah. Namun, jika terjadi suatu hal yang dirasa memberatkan isteri maka dia boleh mengajukan gugatan cerai pada suaminya.
seorang wanita boleh mengajukan gugatan cerai pada suaminya dengan alasan-alasan yang syar’i. diantaranya :
  1. Suami membenci isteri tapi tidak mahu menceraikannya
Seorang isteri boleh menggugat cerai suaminya jika suaminya tidak mencintai dirinya dan jelas mengungkapkan kebencian pada isterinya sehingga membuat isteri merasa tidak bahagia sementara sang suami juga tidak mahu menceraikannya.
2. Suami menganiaya istrri
Apabila seorang suami gemar mencaci, memaki dan menganiaya isterinya secara fisik dan membuat sang isteri menderita, maka boleh bagi isteri atau wanita tersebut untuk mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya.
3. Suami Tidak Menjalankan kewajiban agama
Seorang suami yang tidak pernah menjalankan kewajipannya pada isteri misalnya berbuat buruk pada isteri, tidak menjalankan perintah agama, berzina, selingkuh dan sebagainya. Jika suami berperilaku demikian maka wajarlah jika isteri mengajukan gugatan cerai pada suaminya. 
4. Suami tidak menafkahi isteri
Kewajiban dan tugas seorang suami adalah menafkahi isterinya dan apabila suami tidak mahu menafkahi isterinya meskipun dia tidak memiliki atau memiliki harta maka boleh bagi isteri untuk mengajukan gugatan cerai.
5. Suami tidak memenuhi keperluan biologi isteri
Seorang isteri boleh menggugat cerai suaminya apabila suami tidak mampu memenuhi keperluan biologisnya kerana penyakit atau cacat, mahupun jika suami memiliki isteri lain dan dia tidak memenuhi keperluan isteri tersebut kerana lebih menyukai isteri yang lain. Dengan alasan demikian, isteri boleh mengajukan gugat cerai. 
6. Suami tidak jelas khabar dan keberadaannya
Seorang suami yang hilang dan tidak ada khabarnya setelah sekian lama meninggalkan isterinya misalnya untuk mencari nafkah, maka sang isteri boleh mengajukan gugatan cerai. Hal ini disebutkan dalam suatu hadits berikut ini
Diriwayatkan dari Umar Ra bahwasanya telah datang seorang wanita kepadanya yang kehilangan khabar tentang keberadaan suaminya. Lantas Umar berkata: tunggulah selama empat tahun, dan wanita tersebut melakukannya. Kemudian datang lagi (setelah empat tahun). Umar berkata: tunggulah (masa idah) selama empat bulan sepuluh hari. Kemudian wanita tersebut melakukannya. Dan saat datang kembali, Umar berkata: siapakah wali dari lelaki (suami) perempuan ini? kemudian mereka mendatangkan wali tersebut dan Umar berkata: “ceraikanlah dia”, lalu diceraikannya. Lantas Umar berkata kepada wanita tersebut: “Menikahlah (lagi) dengan lelaki yang kamu kehendaki”.
7. Isteri tidak menyukai suami dan takut berbuat kufur
Jika seorang istrri tidak menyukai suaminya dan dia takut jika berbuat kufur serta memenuhi kewajipannya sebagai seorang isteri dengan baik maka dia boleh mengajukan gugatan cerai pada suaminya asalkan dia mau mengembalikan sejumlah harta atau mahar yang diberikan oleh suaminya sebagaimana yang disebutkan dalam dalil sebelumnya. 
Dapat disimpulkan bahawa hukum wanita menggugat cerai suaminya adalah boleh atau sah saja asalkan sang isteri memiliki alasan yang jelas mengapa dia menggugat cerai suaminya. Meskipun demikian, ada baiknya jika sang isteri yang mengalami masalah dalam rumah tangga bersabar dan tetap memerima dan mendoakan suaminya agar rumah tangganya tetap terjaga dengan baik. Semoga bermanfaat.

[Sumber DalamIslam.com]

No comments:

Post a Comment