Tuesday, February 20, 2018

INDAHNYA MA'RIFATULLAH





Suatu ketika Rabi'ah Adawiyah ditanya, "Apa pendapatmu tentang syurga?" 

Dia menjawab, "Pasangan dan rumah" 

Lalu, Rabi'ah pun menjelaskan, "Hatiku tak pernah menoleh ke syurga. Aku tertumpu kepada Sang Pemilik syurga. Siapa yang tidak mengenal Allah di dunia, maka ia tidak akan mengenal-Nya besok di akhirat. 

Siapa yang tidak memperoleh kenikmatan makrifat di dunia, maka ia tidak akan memperoleh kenikmatan menatap wajah Allah besok di akhirat. 

Sebab, tidak ada yang muncul tiba-tiba di akhirat. Semua harus dibawa dari dunia. Seseorang tidak akan menuai selain apa yang ia tanam.

Pada Hari Kiamat nanti setiap orang akan dikumpulkan sesuai dengan bagaimana keadaan ketika ia menyambut kematian, kerana semua manusia akan mati sesuai keadaan ketika ia menjalani kehidupan." 

Makrifat yang dibawa serta oleh seseorang dari dunia itulah yang akan menjadi sumber kenikmatannya di akhirat. 

Hanya saja, dengan disingkapkannya tabir itu, makrifat lalu berubah menjadi musyahadah (penyaksian). 

Dengan begitu, berlipat gandalah kenikmatan yang ia rasakan, seperti kenikmatan yang dirasakan oleh orang yang sedang cintanya mabuk kepayang ketika melihat kekasihnya bukan hanya terbayang dalam khayal, tetapi tertangkap langsung oleh indera penglihatan. 

Di situlah ia menemukan puncak kenikmatan. Kenikmatan syurga dapat dicapai oleh setiap orang sesuai dengan apa yang ia inginkan. 

Orang yang hanya menginginkan pertemuan dengan Allah SWT jelas tidak akan merasakan kenikmatan selain pertemuan itu sendiri. 

Bahkan, yang lain hanya akan membuat dirinya menderita. 

Oleh kerana itu, kenikmatan syurga tergantung pada kadar kecintaan seseorang terhadap Allah SWT, sementara kecintaan seseorang terhadap Allah sangat tergantung pada makrifatnya. 

Jadi, kebahagiaan itu berpangkal pada makrifat, yang dalam istilah agama disebut "iman."

[Ahmad Ezry]

No comments:

Post a Comment